Rabu, 07 Maret 2012

HAPPILILY EVER AFTER ~ Part 4

Hari sudah malam dan waktu menunjukkan pukul 20.00 ketika Kotaro sampai di apartemen Keiko tinggal, sejenak ia hanya mengamati apartemen itu lalu memencet bel kemudian namun setelah beberapa lama tidak terdengar suara dan langkah kaki, berkali-kali kemudian bel di pencet tapi tetap tidak ada yang membuka pintu dan dari lubang kunci terlihat apartemen itu gelap. Kotaro mendengus kesal tidak menyadari kemungkinan Keiko pergi ke toko membantu ibunya.

<<>>

Di toko, ibu Keiko senyam senyum membayangkan putrinya mengenakan gaun yang sudah cukup lama dibelikannya tapi belum sempat diberikan karena ia tahu Keiko tidak suka menerima hadiah walaupun di hari ulang tahunnya jika memang menurutnya itu tidak penting dan lebih baik uangnya di simpan tapi kali ini hadiah itu tidak perlu menunggu lebih lama lagi karena putrinya sekarang lagi perlu dan dipakai pada hari ulang tahunnya membuatnya sangat senang hadiahnya tidak sia-sia.
Ia sebenarnya akan pulang cepat untuk membuatkan makanan kesukaan Keiko di hari ulang tahunnya tapi karena putrinya sedang ada acara maka ia menundanya dan karena asyik melamun tanpa sadar waktu sudah 20.15 segera ia bangkit dan membenahi barang dan menutup pintu toko, ketika ia akan menutup pintu Kotaro menyapanya dan menanyakan Keiko. Mengetahui Keiko tidak ada di toko Kotaro menjadi khawatir tapi ibu menenangkan mungkin Keiko sedang ke luar membeli sesuatu dan kemudian ia menitipkan sesuatu untuk Keiko.

<<>>

Ibu Keiko pulang mendapati apartemen gelap gulita, setelah lampu menerangi apartemen, ibu beranjak mencari Keiko di kamarnya dan ia temukan Keiko tertidur dengan ruangan kamar yang gelap.

Ibunya hanya menggelengkan kepala dan mematikan dan menyalakan lampu tidur di atas nakas, membetulkan selimut, memandang wajah Keiko sebentar kemudian mengecup alisnya sembari berucap “Selamat ulang tahun sayang”, sebelum menutup pintu ia kembali menoleh ke Keiko yang tertidur pulas meringkuk seperti bayi dengan senyum bahagia.

<<>>

Pagi harinya Keiko bangun dengan badan lemas karena sepulangnya dari acara Ryu, ia tidak makan apapun dan karena menangis terus menyesali sikapnya hingga tertidur dan sekarang ia merasa sangat lapar.

Keiko ke luar kamar setelah mencuci muka dan mendapati ibunya sudah menyiapkan sarapan. Ibunya hanya tersenyum melihatnya dan mengajaknya sarapan walaupun ada yang lain pada Keiko tapi tidak dihiraukannya karena ia tahu putrinya tidak suka diberondong pertanyaan jika tidak dirinya sendiri yang mulai bercerita.

Mereka sarapan dalam diam setelah ibu memberi ucapan selamat ulang tahun yang hanya di sambut senyum kecil oleh Keiko dan setelah selesai mereka membersihkan bekas sarapan juga dalam diam hanya sesekali ibunya berbicara tentang pembeli di toko mereka.

Setelah sarapan dan membantu ibunya, Keiko kembali masuk kamar dan lama tercenung duduk di depan meja belajarnya hingga ketukan di pintu menyadarkannya. Ibunya masuk dan membawa kotak titipan Kotaro dan meletakkannya di depan Keiko.

“Apa kamu sakit, nak ..?” Tanya ibu khawatir melihat putrinya terduduk lesu lalu meraba dahi Keiko yang terasa hangat.

“Lebih baik kamu istirahat, tidak ada yang pentingkan harus kamu lakukan di sekolah ? Nanti ibu telpon Kotaro untuk menyampaikan ke pihak sekolah.” Keiko masih tetap diam tidak bereaksi hingga membuat ibunya khawatir.

“Apa perlu ibu temani di rumah ? Toko sehari tutup kan tidak apa-apa. Tunggu sebentar ibu ganti pakaian.”

Melihat ibu hendak membuka pintu Keiko menoleh dan memanggilnya.

“Saya tidak apa-apa, ibu pergi saja jangan khawatir setelah istirahat juga pasti baik kok.” Keiko tersenyum menenangkan keibunya.

“Baiklah kalau begitu, kalau ada apa-apa cepat hubungi ibu ya..” Kata ibu setelah menatap ke dalam mata Keiko mencari kepastian, kemudian mendekati Keiko yang menganggukkan kepala dan memeluknya.

“Ibu..”

“Hhm..”

“Ibu bisa kan mengabari sekolah tentang saya tidak harus lewat Kotaro, saya tidak mau merepotkannya.” Ucap Keiko menengadah menatap ibunya yang mengangguk pelan.

“Ibu pergi ya Keiko dan istirahat, makan siang sudah ibu siapkan, jika panasmu tidak turun juga minum obat penurun panas yang ada di kotak obat.” Pesan ibu sebelum membuka pintu kamar.

“Oh ya..itu titipan dari Kotaro..” Ibu menunjuk kotak berpita dihadapan Keiko yang diabaikannya dari tadi.

“Kotaro tadi malam kemari tapi karena tidak ada yang bukakan pintu ia menyusul ke toko. Anak itu kelihatan khawatir sekali lho Kei mengetahui kamu tidak ada di toko.” Ujar ibu sebelum ke luar kamar kemudian menghilang di balik pintu.

Keiko hanya menatap dingin kotak yang dia yakin bukan dari Kotaro karena Kotaro tahu Keiko tidak mau menerima kado diultahnya,itu pasti kado dari Ryu. Mengingat nama Ryu, kekesalan dan kemarahannya Keiko makin membuncah tanpa membuka apa isi kotak itu ia langsung menghempaskannya ke lantai, merasa perasaannya masih juga sama diambilnya kotak yang sudah penyok di beberapa bagian itu kemudian membuangnya ke tempat sampah yang ada di bawah meja dengan air mata yang tanpa disadarinya mulai bercucuran.

<<>>>

Hari berlalu menjadi minggu, pengumuman kelulusan sudah diumumkan dan besok lusa akan diadakan pesta perpisahan bagi anak kelas 3, Keiko memasuki ruang Osis, menatap berkeliling ke dalam ruangan itu lalu membuka locker dan mengeluarkan isinya, memilah barang yang akan dibawanya pulang dan sisanya diserahkan ke ketua Osis yang baru.

Keiko berkeliling ruangan gedung sekolah dan berlama-lama di tempat ia sering bersama Ryu yang sampai sekarang tidak diketahuinya kabarnya dan Ryu juga tidak pernah mengabarinya atau mungkin ada tapi ia sendiri tidak ingin mengetahuinya atau mendengarnya, ia benci dengan Ryu karena tidak berterus terang padanya terutama ia lebih benci pada dirinya sendiri yang larut dengan perhatian Ryu.

Kotaro yang beberapa hari terakhir berusaha menemuinya tapi selalu dihindarinya akhirnya bertemu dengan Keiko di lab. photografi waktu membereskan semua barangnya, mengajak untuk pergi ke pesta perpisahan bersama tapi ia menolaknya dengan halus beralasan sudah ada janji dengan yang lain, sebenarnya ia tidak ingin datang ke pesta, ia ingin melupakan kenangannya bersama Ryu di sekolah itu walaupun kebersamaan mereka hanya beberapa bulan tapi sangat membekas dihatinya.

#>>><<<#

3 tahun kemudian

Kotaro memperhatikan Keiko yang sedang mengedit hasil jepretannya dengan raut datar, setelah pesta Ryu, Keiko berubah drastis, yang dulunya ceria menjadi pendiam dan sering terlihat murung, menjalani hidup tidak bersemangat seperti separuh hidupnya hilang, menjalani kesehariannya hanya sekedar tidak ingin ibunya cemas dan khawatir dengan dirinya.

Keiko menjalani hari-harinya yang konstan dan monoton setiap hari tanpa berkeluh kesah dengan raut datar dan terkesan dingin. Setiap pagi kuliah dan setelahnya kerja paruh waktu di beberapa tempat atau jika libur membantu menjaga toko atau berdiam diri dikamarnya. Hal ini membuat ibunya khawatir dan cemas dengan sikap Keiko sehingga sering menyindirnya dengan halus dan menyuruhnya pergi dengan Kotaro menikmati masa muda tapi Keiko menanggapi dingin setiap Kotaro bertandang ke apartemen yang di sambut hangat ibunya.

Kotaro, lelaki yang termasuk tampan, baik, sopan santun terhadap orang tua dan sabar, sudah mapan di awal 20, ibu mana yang tidak ingin menjadikannya menantu termasuk ibu Keiko sehingga mendukung Kotaro untuk mendapatkan putrinya.

Kotaro dengan bantuan dan dukungan ibu Keiko berusaha membuat Keiko ceria seperti sebelumnya, dengan lebih perhatian dan berusaha selalu ada jika Keiko mendapatkan kesulitan tapi usaha mereka sampai saat ini belum berhasil, kebanyakan tiap Kotaro ke apartmen Keiko yang menemui dan menemani malah ibunya bukan Keiko karena Keiko menyibukkan diri dengan tugas kuliah dan kerja sampingannya di beberapa tempat bahkan ajakan-ajakannya untuk sekedar nonton atau makan malam di luar ditanggapi dingin oleh Keiko hanya sesekali Keiko mau itu juga karena desakan ibunya. Awalnya Kotaro menawarkan Keiko kerja di studio photo yang dikelolanya agar Keiko tidak kerja di tempat lain dan bisa dipantaunya tapi rupanya harapannya tidak sejalan dengan Keiko dan disinilah mereka di studio photo yang didirikan oleh saudaranya yang diserahkan ke tangan Kotaro untuk di kelola ketika Kotaro lulus sekolah.

Keiko menyadari Kotaro memperhatikannya dari tadi hanya saja diabaikannya, perhatiannya hanya terpusat pada layar computer didepannya, ia tidak ingin memberi harapan pada Kotaro walaupun disadarinya lelaki itu sudah lama menyukainya dan tidak pernah menyerah untuk mendapatkannya tetapi hatinya sudah tertutup.

>><<

Beberapa bulan terakhir setiap ada waktu senggang Keiko mengisinya dengan duduk di sebuah restoran kecil yang menyajikan live music, awalnya ia tidak suka duduk di restoran sembari menikmati live music tapi suatu hari ketika sedang suntuk Keiko melewati restoran itu ia mendengar suara seksofon yang menarik hatinya apalagi music yang dialunkan menggambarkan suasana hatinya yang lagi muram dan ternyata yang memainkannya adalah Takuya Kawami, teman sekolahnya dulu, jadi disinilah sekarang Keiko setiap ia punya waktu luang.

Takuya tersenyum melihat Keiko duduk ditempatnya biasa dari panggung kecil tempatnya bermain seksofon, beberapa minggu terakhir ini Takuya bersemangat dan menghayati sekali permainan seksofonnya, apalagi gadis yang duduk di kursi roda di samping meja Keiko sering request lagu.

Keiko melangkah pelan menyusuri jalan setelah terdiam sejenak di depan restoran, ia menghentikan langkahnya ketika seseorang memanggil namanya. Keiko menoleh ke arah suara tanpa membalikkan badannya, Takuya berlari kecil menyusulnya. Takuya mengatakan maksudnya setelah berada di samping Keiko dengan aura memohon, begitu Keiko menganggukkan kepalanya senyum cerah menghias wajah Takuya.

Minggu berikutnya Keiko kembali ke restoran kecil tersebut dan mendapati gadis berkursi roda itu sudah ada di meja seperti biasa menikmati permainan seksofon Takuya. Setelah selesai satu lagu Keiko pindah duduk di meja gadis berkursi roda dan terlihat berbincang serius yang tidak luput dari pengamatan Takuya dari atas panggung.

>><<

Suatu hari Keiko menerima undangan reuni sekolahnya yang akan diadakan 2 minggu ke depan. Lama dipandanginya undangan tersebut di mana pikirannya melayang kembali ke zaman masih SMA dan kenangan bersama Ryu kembali terkuak yang selama ini belum bisa dilupakannya. Keiko hanya menyimpan undangan tersebut ke dalam laci meja tanpa mengkonfirmasi akan kehadirannya di reuni tersebut.

>><<

Keiko dan rekannya sibuk mempersiapkan latar untuk pemotretan iklan yang dilakukan Kotaro di studionya, pemotretan itu memakan waktu cukup lama.
Hari sudah malam ketika pekerjaan mereka selesai dan beberapa rekannya sudah pulang tinggal Keiko masih membereskan pekerjaannya. Kotaro yang sedari tadi memperhatikan Keiko dari jauh mendekatinya.

“Apa masih belum selesai..?” Tanya Kotaro di samping Keiko.

“Hm…sedikit lagi.” Sahut Keiko tanpa menoleh dan masih sibuk memelototi layar didepannya.

“Sekolah kita akan mengadakan reuni, apa kamu sudah dapat undangannya ?” Tanya Kotaro memperhatikan aura Keiko yang datar dan dingin.

“Iya sudah.” Jawab Keiko singkat masih seperti tadi.

“Apa kamu … berencana datang ?” Tanya Kotaro hati-hati masih memperhatikan Keiko.

Keiko terdiam sejenak kegiatannya terhenti dan pikirannya menerawang entah kemana dengan tatapan kosong. Kotaro merasa dadanya sesak melihat Keiko masih tidak bisa melupakan Ryu. Sementara Ryu sendiri setelah menitipkan kado buat Keiko pergi ke Amerika malam itu juga dan sampai saat ini tidak ada kabar beritanya.

“Keiko…?” Panggil Kotaro cemas.

“Akh…oh…saya belum tahu.” Sahut Keiko datar kembali menekuni pekerjaannya dan satu menit kemudian mematikan computer dan merapikan meja lalu pamit pulang tanpa menyadari Kotaro yang menatapnya sedih.

“Keiko…sampai kapan kamu seperti ini..?” Ucap Kotaro setelah kepergian Keiko dengan sedih.

>><<

Keiko sudah beberapa minggu terakhir tidak pernah lagi ke restoran kecil tempat Takuya bermain seksofon karena sibuk dan juga ia tidak tahu harus mengatakan apa pada Takuya atas permintaannya dulu.
Beberapa kali Takuya mencarinya ke toko dan ibunya harus berbohong jika Keiko ada di toko hingga ibu merasa kasihan pada Takuya tapi Keiko tetap bersikeras tidak ingin Takuya menemuinya.

>><<

Keiko sudah berada di halaman SMA menapaki sekolah itu mengingat semua kenangan yang pernah dilewatinya di sana. Awalnya ia tidak ingin pergi tapi entah kenapa tiba-tiba dirinya ingin ke mari. Teman-temannya banyak yang sudah berubah, ada beberapa kelompok anak sekolah yang berkeliaran di sana minta dukungan untuk kegiatan extra kurikuler mereka yang kekurangan dana dan tidak mendapat sambutan baik dari pihak sekolah.

Keiko terhenti di tempat biasa ia melihat Ryu bermain basket, beberapa orang dibelakangnya menceritakan Ryu. Ada yang bilang Ryu sudah menikah, ada juga yang mengatakan dia penyuka sesama jenis sehingga malu untuk datang tapi ada juga yang bilang Ryu akan datang karena sudah pulang dari Amerika sejak beberapa bulan lalu. Keiko melanjutkan langkahnya tidak ingin lagi mendengar obrolan teman-temannya tentang Ryu.

Tanpa disadarinya ia sudah sampai di bukit belakang sekolah, tempat mereka dulu berlomba memotret sunrise. Keiko menatap ke langit biru dan kenangan dulu ketika mereka berada di sana membayang dimatanya. Keiko menoleh ke belakang mendengar suara ranting kering terinjak dan matanya menangkap sosok yang selama ini dirindukannya berdiri beberapa langkah dibelakangnya dengan senyumnya yang menawan. Keiko terpana ditempatnya, menatap dalam diam seakan tidak mempercayai penglihatannya namun sosok lelaki itu mendekatinya dan jarak antara mereka semakin sempit. Lelaki itu mengulurkan tangannya dan Keiko tanpa sadar menyambutnya dengan pandangan masih ke depan tanpa berkedip.

“Ternyata kamu masih mengingat tempat ini..” Kata Ryu mengedarkan pandangannya.

“Kamu juga.” Sahut Keiko mengikuti Ryu menyusuri bukit dengan matanya, senyum ceria tersamar dibibirnya.

>><<

Setelah pulang dari reuni Keiko mencari kado pemberian Ryu yang sudah dibuangnya ke tempat sampah tapi setelah berminggu-minggu tidak di buang dan di simpan oleh ibunya di dalam laci.

Dibukanya kotak putih yang sudah mulai kusam dan tidak utuh lagi, didalamnya ada kamera Polaroid dan beberapa photo polaroid dirinya yang dibelakangnya ada tulisan tangan Ryu. Photo-photo itu dalam berbagai pose dan suasana yang berbeda, ada dirinya yang lagi tersenyum menatap ke depan dengan tulisan dibelakangnya senyumnya mengalihkan duniaku, dirinya masuk ke bus ~ gadis sederhana yang mulai kusuka, dirinya tertidur di bus ~ kegiatan yang berjibun menyita waktu istirahat manisku, dirinya yang tertidur di bahu Ryu malam waktu mereka menunggu di bukit belakang sekolah ~ aku rela jadi sandarannya dan akan selalu membuat gadis yang kucintai tersenyum bahagia dan menemaninya seumur hidupku.

Keiko terpana menatap photo-photo tersebut dan selama ini ia berpikir Ryu hanya mempermainkannya. Waktu ketemu tadi Ryu tidak bertanya macam-macam hanya menanyakan apakah Keiko menyukai hadiahnya dan apa tanggapan Keiko terhadap hadiah darinya. Ketika Keiko tidak menjawab, Ryu hanya tersenyum penuh arti dan mengajaknya jalan-jalan tanpa bertanya lagi seperti memberi waktu Keiko untuk berpikir sebelum menjawabnya. 

>><<

Keiko menerima Ryu ketika mereka bertemu lagi setelah acara reuni sekolah, di mana Ryu menjelaskan kesalahpahaman dulu sebelum keberangkatannya ke Amerika dan waktunya kali ini akan dihabisknya bersama Keiko dan ia berjanji tidak akan meninggalkan Keiko lagi. Keiko tersenyum haru dan memeluk Ryu dengan erat, Ryu merenggangkan pelukannya, tangannya menangkup wajah Keiko dan menghapus bulir bening yang menetes di pipi Keiko dengan ibu jarinya. Mereka saling menatap cukup lama menyelami hati masing-masing lewat sorot mata tanpa melepaskan pelukan. Ryu mendekatkan wajahnya dan kemudian mencium kening Keiko lalu ke dua pipi, hidung dan berakhir di bibir, saat itu mereka hanyut dengan perasaan bahagia dan hasrat masing-masing lewat ciuman yang dalam dan bergelora.

Hari-hari berikutnya senyum dan kecerian Keiko kembali seperti dulu, ibunya sempat kaget dan heran tapi juga senang karena putrinya tidak pemurung lagi. Keiko sering berjalan berdua dengan Ryu, makan siang, belanja di mall, rekreasi ke tempat hiburan, nonton film dan semua kegiatan yang biasa dilakukan oleh sepasang kekasih.

Awalnya Ryu sempat lama menunggu di apartemen Keiko untuk mengajaknya ke luar tapi karena Keiko sibuk dan jarang di rumah dan Ryu tidak tahu jadwalnya sehingga Keiko memberinya jadwal kuliah dan kerjanya supaya Ryu bisa mengajaknya sewaktu-waktu dan menjemputnya jadi tidak perlu menunggu tanpa kejelasan.

Rekan kerja Keiko termasuk Kotaro di buat heran oleh perubahan Keiko yang sekarang suka tersenyum sendiri dan ceria tidak seperti sebelumnya pendiam dan kadang melamun. Karena penasaran Kotaro memberanikan diri bertanya pada Keiko.

“Akhir-akhir ini kamu kelihatan gembira, apa ada sesuatu yang menyenangkan ?” Tanya Kotaro sehalus mungkin.

Keiko menoleh dan tersenyum maklum pasti ibunya sudah berbicara dengan Kotaro dan ingin mengetahui sebabnya karena ibunya pernah secara tidak langsung bertanya tapi hanya dijawabnya dengan senyuman. Kotaro menatap Keiko dengan bingung dan tidak percaya melihat Keiko yang tersenyum hangat kepadanya.

“Apa aku bermimpi.” Kata Kotaro dalam hati.

“Apa kelihatan sejelas itu…?” Tanya Keiko menyipitkan matanya. “hm memang aku lagi senang dan bahagia sekali…akh, aku harus segera pergi nanti terlambat.” Kata Keiko setelah melihat arloji ditangannya, merapikan berkas di meja lalu beranjak pergi setelah mengambil mantelnya.

“Apa kamu ada janji penting..?” Tanya Kotaro melihat Keiko pergi tergesa-gesa.

“Iya, Ryu mengajakku nonton film…bye Kotaro..” Keiko melambaikan tangannya lalu menghilang di balik pintu meninggalkan Kotaro yang sangat terkejut lalu terhenyak di kursi Keiko mendengar nama Ryu di sebut.

“Pantas saja Keiko ceria sekali…” Kata Kotaro pada dirinya sendiri.

Senin, 20 Februari 2012

HAPPILY EVER AFTER ~ Part 3

Sore harinya ….

Keiko sudah berada di bukit belakang sekolah, ia menoleh ke kanan dan ke kiri memastikan bahwa hanya dia yang ada di sana. Setelah yakin tidak ada seorangpun senyumnya pecah dengan penuh kemenangan namun hal itu tidak berlangsung lama karena tanpa disadarinya sudah ada sesorang disampingnya yang datang dari arah hutan kecil di belekang mereka.

“Yaish…kenapa kamu bisa ada di sini..?” Tanya Keiko dengan mendengus kesal.

“Menurutmu apa..?” Tanya Ryu balik sepertinya ia sudah ketularan Keiko di tanya malah balik bertanya.

Keiko hanya menatap Ryu dengan wajah cemberut, ia merasa dongkol dengan Ryu dan juga dengan dirinya sendiri. Alasannya lelaki itu bisa ada di sana dan pastinya sudah lebih dulu dari dia di lihat dari mana datangnya. Di samping itu kesal dengan dirinya yang tidak waspada dengan tindakan yang akan diambil Ryu.

Ryu pura-pura tidak memperhatikan Keiko dan asyik mengeluarkan perlengkapan kameranya dari tas. Ia membuka tripod dan menancapkannya di tanah kemudian memasang kamera diatasnya. Sementara itu Keiko tersadar kalau ia sudah ketinggalan jauh dari Ryu karena Ryu sudah siap menggunakan kameranya sedangkan ia dari tadi malah merutuki diri.

Keiko tidak mau kalah dari Ryu dengan mengeluarkan semua perlengkapan kameranya dari dalam tas. Kadang-kadang ia melirik Ryu dan meleletkan lidahnya mengejek sedangkan Ryu hanya senyum-senyum kecil menyaksikan sikap Keiko yang kekanak-kanakan. Setelah semua siap dan matahari sebentar lagi tenggelam tiba-tiba hujan turun dengan deras padahal cuaca sangat cerah dan tidak ada tanda-tanda akan turun hujan.

Ke dua orang itu buru-buru mengangkat kamera dan perlengkapannya tanpa sempat membereskan dan menutupinya dengan mantel yang mereka bawa, karena cuaca sangat cerah dan perkiraan cuaca dari berita di tv dan radio bagus jadi mereka tidak membawa payung ataupun jas hujan.

<<<>>>

Besok sorenya Keiko datang lebih cepat dari kemaren untuk mendului Ryu karena ia tidak mau datang belakangan. Tapi rupanya kali ini keiko harus gigit jari karena Ryu sudah ada di sana dan dengan senyum manisnya menyambut Keiko yang di balas dengan dengusan dan muka cemberut. Ryu hanya mendengkikkan bahu melihat tingkah Keiko dan tidak memperdulikannya.

Setelah menunggu beberapa lama, matahari yang akan tenggelam malah tertutup awan. Keiko yang sudah lama berdiri mulai lelah dan mengganti posisi berdiri dengan bertumpu pada satu kaki, ia merasa bodoh ketika melirik Ryu yang tidak terlihat capek karena duduk di sebuah kursi. Ia merutuki dirinya dengan bibir bawah di lipat ke atas, karena kalah dari Ryu dalam mempersiapkan semuanya. Biasanya ia selalu mempersiapkan semua keperluan mendetail jika mau mengambil objek di suatu tempat tapi kenapa ia malah melupakan itu semua saat ini.

Ryu menggoda Keiko dengan sindiriran-sindiran halus yang di sambut dengan cibiran oleh Keiko. Ryu juga mengatakan nyamannya duduk di sebuah kursi dan menawarkan berbagi dengan Keiko tapi Keiko jual mahal dengan mengatakan bahwa seorang photography profesional harus siap fisik dalam kondisi apapun padahal dalam hati ia sungguh kesal dengan sikapnya.

Malam pun turun mengganti sore yang mendung, matahari yang di tunggu malah menghilang di balik awan beberapa saat yang lalu dan mereka berdua memutuskan untuk menunggu pagi di sana agar bisa memotret matahari terbit.

Keiko memang keras kepala tidak mau menerima tawaran dari Ryu, ia membuka mantelnya dan menjadikannya alas untuk duduk tapi dengan semakin pekatnya malam maka cuaca semakin dingin menusuk kulit meskipun memakai baju lengan panjang dan jaket tetap saja tidak cukup menghangatkan.

Ryu mengeluarkan kursi lipat lagi dari dalam tas ranselnya dan meletakkannya di samping Keiko yang kelihatan menggigil tapi berusaha ditutupinya. Lama kelamaan ia tidak tahan juga apalagi dengan kata-kata Ryu yang diiringi senyuman jahil. Dengan tampang cemberut Keiko menarik mantel dan mengibasnya dari rumput yang menempel kemudian memakainya dan duduk di kursi yang tadi disodorin Ryu.

Malam sudah semakin larut ketika hujan mulai rintik-rintik membasahi bumi yang lama makin kelamaan semakin deras hingga dua orang itu belum sempat membenahi bawaan mereka keburu kabur dengan menyeret semuanya mulai dari kamera dengan tripod hingga kursi.

<<<>>>

Dua hari kemudian mereka masih belum mendapatkan satu pun photo sunset maupun sunrise karena ada saja yang terjadi kalau tidak hujan yang tiba-tiba bertamu maka matahari yang malu-malu menunjukkan dirinya dengan bersembunyi di balik awan, hanya satu yang berubah yaitu sikap Keiko yang mulai berubah pada Ryu walaupun tidak begitu kentara.

<<<>>>

Sudah beberapa hari ini Keiko merasa sangat lelah karena kurang tidur pada malam hari akibat berusaha mendapatkan photo sunset atau sunrise sehingga tidak begitu menyadari kalau ada seseorang mengambil photonya. Begitupun ketika ia pulang sekolah naik bus, tanpa sadar begitu pantatnya menyentuh kursi di bus maka kantuk langsung menyerangnya hingga ia tidak mengetahui jika ada seseorang yang mengambil photonya ketika tertidur, walaupun waktu ia hendak menghempaskan bokongnya di bangku bus ada perasaan orang mengawasinya tapi ia tidak melihat siapapun hingga mengabaikannya.

Sudah beberapa hari ini juga Keiko merasa ada orang membuntutinya, karena matanya yang berat ingin diistirahatkan maka sering ia tidak memperhatikan pemberhentian bus hingga bus berhenti dengan mendadak dan membuatnya tersentak bangun dan menyadari ia sudah sampai di tempat tujuan.

<<<>>>

Lima hari sudah lewat dan batas pengiriman photo tinggal dua hari lagi maka mereka bertekad akan berusaha mendapatkan yang terbaik.

Keiko sedang menyiapkan peralatan kameranya ketika Ryu menyapanya, kali ini Keiko tidak menunjukkan sikap memusuhi ataupun ketus dan dinginnya karena mengetahui Ryu sudah datang duluan tapi demi menjaga perasaan Keiko sehingga Ryu bersembunyi di pepohonan hingga Keiko siap dan pura-pura baru datang. Ryu memuji Keiko yang sudah mendahuluinya dan mengatakan ia kalah cepat dari Keiko yang ditanggapi dengan cengiran tidak jelas oleh Keiko. Keiko dalam hati mengomel kenapa sekarang Ryu berusaha menyenangkan Keiko walaupun harus dengan berpura-pura karena ia tidak suka dengan kepura-puraan.

Sore itu sepertinya matahari enggan memperlihatkan kecantikan sinarnya dengan mengumpet di balik awan kecil. Mengakibatkan ke dua remaja itu bermalam lagi di bukit tapi kali ini mereka sudah mempersiapkan semuanya hingga tidak perlu lagi saling menyindir atau apapun. Malah mereka membawa cemilan dan cokelat hangat untuk mengisi acara pengambilan gambar yang jika diperhatikan seperti camping karena ada kantung tidur dan kemah yang didirikan walaupun seadanya.

Malam itu cuaca cerah dan bersahabat sehingga banyak bintang yang bertaburan seakan mereka lagi memamerkan kecantikan cahaya bintang mana yang paling terang di antara mereka. Keiko enggan memasuki kantung tidurnya dan hanya duduk di kursi memperhatikan langit malam yang bertaburan bintang hingga kepalanya beberapa kali terkulai lemas dan ada seseorang yang mengambil kesempatan dalam kesempitan pada saat itu.

Gelap berganti terang samar menandakan pagi menjelang, kelopak mata Keiko mengerjap-ngerjap membiasakan dengan keadaan, setelah sadar pagi mendekat dan sinar jingga mulai menyembul dari bumi dengan tergesa-gesa ia berdiri dan mengutak-atik kameranya mencari angel yang bagus tanpa menghiraukan penampilannya yang acak-acakan.

Ryu hanya senyam-senyum tidak jelas melihat tingkah Keiko, ia hanya tertidur sebentar dan sudah bangun dari tadi, setelah bintang-bintang pergi keperaduan ia masih menatap sosok yang tidak jauh darinya tertidur pulas meringkuk dikursinya seperti bayi. Ryu enggan menutup kelopak matanya menikmati pemandangan indah disampingnya itu jika tidak kantuk menyerang dengan dahsyat hingga akhirnya tanpa sadar tertidur. Ryu sesekali melirik ke gadis disampingnya yang begitu bersemangat memotret lingkaran jingga yang menampakkan dirinya sedikit demi sedikit.  

<<>>

Pada siang harinya waktu jam istirahat Keiko dan Ryu di panggil oleh guru yang menangani lomba photographi, setelah melihat dan menimbang hasil photo mereka berdua maka sekolah memutuskan hasilnya seri dan keduanya diikutkan lomba. Ryu dan Keiko tersenyum bahagia menerima keputusan tersebut.

<<<>>>

Hari berganti hari dan bulan berganti bulan tanpa terasa bagi dua insan muda yang semakin akrab dan sering terlihat berdua kemana-mana seperti sepasang kekasih yang di mabuk cinta setelah lomba photographi membuat iri para lelaki yang tidak berhasil mendekati Keiko untuk tujuan tertentu.

Tidak lama lagi mereka yang berada di tingkat akhir akan lulus dan melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Mereka semakin giat belajar menghadapi ujian yang sudah di depan mata dan banyak yang sudah menyusun rencana ke mana akan melangkah setelah lepas dari sekolah.

Keiko berencana melanjutkan kegemarannya dan akan serius mendalaminya ke jenjang yang lebih tinggi sementara Ryu tidak pernah menyinggung akan kuliah apa dan kemana. Mereka berdua tidak mempermasalahkan itu dan selalu terlihat bahagia dan berdua kemanapun hingga tersiar kabar jika mereka sudah menjadi sepasang ke kasih. Kotaro yang mendengar hal ini merasa terpukul tapi ia tidak menampakkannya di depan Keiko, ia berusaha bersikap biasa walaupun ia menyadari dan menyaksikan sendiri perhatian Ryu ke pada Keiko demikian juga sebaliknya tidak bisa dipungkiri lagi kalau mereka sepasang ke kasih. Kotaro berusaha menempatkan diri sebagai teman yang selalu ada bagi Keiko dan selalu membantu jika dibutuhkan.

<<<>>>

Hari-hari yang melelahkan dan menegangkan bagi siswa-siswi kelas tiga sudah lewat beberapa hari yang lalu namun ketegangan itu masih membayang karena belum diumumkan hasil kelulusannya.

Keiko di ajak Ryu ke kantin, di sana beberapa siswa-siswi sedang menyiapkan ruangan kantin untuk pesta. Keiko mengernyit heran melihat beberapa temannya seperti Kotaro dan juga teman-teman Ryu ada di sana.

“Kotaro…ada acara apa ?” Tanya Keiko setelah berada dekat Kotaro.

Kotaro hanya tersenyum kecil dan sembari mengalihkan pandangan ke belakang Keiko, ia berkata : “Kamu akan mengetahuinya nanti.”

Keiko mengikuti arah pandangan Kotaro, dibelakangnya berdiri Ryu dengan senyum misterius tersungging dimulutnya.

Keiko berusaha menyelidik dengan mengajak bicara teman-temannya tapi tak satupun yang memberi jawaban yang memuaskan hatinya.

Sepanjang waktu menunggu jam pulang berdentang, Keiko semakin kesal karena semua orang terlihat bersikap misterius kepadanya termasuk Ryu dan juga Kotaro yang biasanya selalu terbuka.

Sesaat sebelum Keiko pulang siang itu Ryu memintanya datang ke kantin sekolah pada sore harinya.

“Ada acara apa ?” Tanya Keiko penuh ingin tahu.

“Kamu harus datang nanti sore jam 16.30 tepat tidak boleh telat…ingat Kei..TIDAK BOLEH TERLAMBAT..” Kata Ryu menekankan sembari tersenyum dengan senyum yang selalu membuat jantung Keiko selalu berdetak melebihi normal tanpa menghiraukan pertanyaan Keiko.

“OK…tapi acara apa yang sedang kalian sembunyikan dariku..?” Tanya Keiko lagi gigih ingin tahu dengan jantung yang masih berdebar tak karuan karena Ryu tidak henti-hentinya menebar senyum manisnya itu kepadanya. Ingin rasanya Keiko beranjak pergi untuk menyembunyikan perasaannya tapi ia tidak ingin Ryu salah paham hanya matanya yang berusaha ia alihkan ke lain supaya tidak terpaku pada tampang malaikat didepannya.

“Maaf Kei, kalau penasaranmu memang besar maka aku yakin kamu akan datang lebih cepat dari waktu yang aku minta.” Sahut Ryu menggoda.

“Sok tahu..” Kata Keiko mencibir dan melangkah pergi meninggalkan Ryu yang tertawa melihat ulahnya seperti anak kecil yang tidak dipenuhi keinginannya.

Belum jauh Keiko berjalan terdengar suara Ryu “Kei…jangan pakai baju seperti biasa ya…kamu harus berpenampilan formal… Ingat ya Kei..”

Keiko menoleh ke belakangan dengan masih melangkah dan hanya mengacungkan jempolnya ke udara.

Setelah Keiko menghilang di gerbang sekolah Ryu balik ke kantin untuk memastikan rencananya berjalan sempurna kemudian ia juga pulang.

<<>>

Sesampainya di apartemen yang terdiri dari 2 kamar tidur dan terletak di lantai tiga, Keiko masuk kekamarnya dan membuka lemari pakaian. Sepanjang perjalanan pulang ia memutar otaknya tentang kata-kata Ryu untuk berpenampilan formal. Sementara ia tidak tahu acara apa yang akan dihadirinya nanti, jadi ia bingung harus berpenampilan formal seperti apa.

Lama ia hanya memandangi pakaian yang berjejer rapi di lemari kecil yang ada di dalam kamarnya terdiri dari t-shirt, shirt dan bawahan berupa celana panjang dan celana pendek selutut. Selama ini ia tidak pernah ke mana-mana dengan pakaiaan selain itu semua.

Telepon di ruang tengah ~yang juga berfungsi juga sebagai ruang makan karena apartemen mereka tergolong sederhana dan kecil~ berdering, Keiko dengan malas ke luar dari kamar dan mengangkat telepon yang sudah berkali-kali berbunyi.

“Hallo..?” Tanya Keiko dengan lesu.

“Hei Keiko…apa kamu baru pulang..?” Suara seorang perempuan setengah baya yang merupakan ibunya.

“Tidak ma…saya sudah datang dari tadi.” Sahut Keiko.

“Lalu kenapa kamu lama baru angkat teleponnya…? Apa kamu sakit ?” Tanya ibunya khawatir.

“Tidak ma, saya baik-baik saja…saya tadi lagi di kamar mencari sesuatu jadi tidak dengar telepon berbunyi.” Kata Keiko tidak semangat.

“Ya jika kamu tidak sakit kenapa suaramu terdengar lesu begitu… oh ya, makan siang ada di meja dapur sebelum makan kamu panaskan saja dulu. Apa nanti sore kamu ke toko..?” Kata ibunya lagi.

“Saya hanya lelah saja ma, setelah istirahat juga baikan kok. Sore nanti saya tidak bisa menemani ibu di toko karena saya harus ke sekolah. Mama tidak apa-apakan sendiri..?” Tanya Keiko.

“Kamu harus istirahat setelah makan siang kalau begitu, mama tidak apa-apa sendiri…Ingat jangan lupa makan siang.” Kata ibunya perhatian.

“Baik ma, sudah dulu ya ma..”

“Keiko tunggu… jika kamu merasa tidak fit lebih baik di rumah saja, tidak perlu pergi ke sekolah.” Ibunya menasehati.

“Tidak ma, saya tidak apa-apa, mama tidak perlu khawatir.” Keiko berusaha menenangkan

“Ya sudah kalau begitu tapi jangan dipaksakan ya Kei…Oh ya, kamu sedang mencari apa tadi ?”

“Sebenarnya saya tidak mencari apa-apa ma, saya hanya bingung memilih pakaian untuk pergi ke acara di sekolah nanti sore, saya diminta untuk tidak berpakaian seperti biasa dan harus formal. Saya bingung karena mama tahu sendiri dengan pakaian saya, saya merasa tidak punya pakaian yang tidak biasa saya pakai.” Keluh Keiko.

“Ya Kei…masa begitu saja bingung…kamu kan bisa minta uang ke mama untuk beli.”

“Tidak ma, saya tidak mau merepotkan mama, toko kan lagi sepi lagi pula lebih baik uangnya di tabung.”

“Kamu memang anak yang pengertian tapi mama tidak keberatan kok Kei…ngomong-ngomong acara apa sih Kei…?”Tanya ibunya ingin tahu.

“Tidak tahu ma, Ryu tidak mau mengatakannya..” Sahut Keiko lemas.

Diseberang sana ibunya hanya manggut-manggut mendengar penjelasan anaknya apalagi setelah Keiko menyebut nama Ryu maka ibunya tahu apa yang menyebabkan anaknya tidak ceria. Perasaan seorang ibu memang kuat tentang anaknya walaupun sang anak tidak menceritakan perasaannya. Ibunya menatap kalender yang berlingkar merah di tanggal tersebut dengan senyum penuh arti.

“Kei…kamu buka lemari di kamar mama, cari di bagian pakaian yang bergantung ada pakaian yang masih berbungkus. Semoga aja masih cukup di tubuhmu sayang.” Sahut ibunya dengan senyum membayang.

“Maksud mama, saya memakai pakaian mama gitu..? Tidak salah ma…?” Tanya Keiko dengan alis dikernyit dan kepala menggeleng membayangkannya.

“Ya…tidaklah Kei…sekarang kamu makan siang dulu, setelah itu lihat saja di kamar, kamu pasti tidak akan percaya…sudah dulu ya..bye..” Ibunya langsung menutup telepon sebelum Keiko berargumentasi lagi.

Keiko hanya melongo menatap gagang telepon ditangannya yang mengeluarkan suara “Tuuutttttttt” berkepanjangan.

Setelah meletakkan gagang telepon pada tempatnya, Keiko mendekati meja dan memperhatikan isi yang tertutup tudung, setup sayuran di panci kecil dan dua potong ayam goreng di piring. Sebenarnya ia tidak minat untuk makan tapi mengingat wajah mamanya yang khawatir melihat makan siangnya utuh membuatnya urung dan langsung menyantap makan siang setelah mengambil nasi di rice cooker tanpa memanaskan sayurnya lebih dulu.

Selesai membereskan dan mencuci peralatan makannya, Keiko bergegas ke kamar ibunya. Setelah beberapa kali membuka tutup bungkusan pakaian yang banyak bergantung di dalam lemari ibunya ~yang suka menyimpan semua pakaian terbungkus rapi sebelum di gantung~ akhirnya menemukan satu pakaian yang tidak mungkin punya ibunya dari ukurannya. “Apa mama sengaja membeli ini untukku tapi untuk apa ?” Pikir Keiko.

<<>>

Waktu baru menunjukkan pukul 16.25 ketika Keiko melangkahkan kaki memasuki gerbang sekolah. Suasana di sana sepi, hanya ada satu dua siswa yang lewat dan melirik Keiko secara sembunyi-sembunyi. Keiko tidak begitu mengenal mereka, sepertinya siswa itu adik kelasnya.

Keiko melangkah dengan pelan ke arah kantin, ia tidak ingin Ryu besar kepala dengan kedatangannya yang cepat. Sebenarnya Keiko tahu Ryu berkeyakinan ia akan datang cepat karena kebiasaan Keiko yang selalu datang awal sebelum acara mulai tapi kali ini lain karena Ryu tahu rasa penasarannya yang berusaha ia tidak tampakkan. Keiko menghitung waktu dengan langkahnya sehingga ia bisa memperkirakan waktunya tepat begitu ia menginjak kantin.

Pukul 16.30 tepat ketika Keiko menapakkan kakinya di pintu masuk ke kantin, di sana sudah banyak temannya dan teman Ryu yang datang namun ia tidak melihat Ryu. Suasana kantin menjadi meriah dengan hiasan balon dan kertas krep warna warni, di sudut sebelah kiri berjejer berbagai hidangan. Keiko mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru tapi tetap saja tidak ada penampakkan Ryu yang mulai membuatnya kesal atas kata-kata Ryu yang memintanya datang tepat waktu tapi yang bersangkutan tidak nampak batang hidungnya. Sebenarnya bukan hal itu yang membuatnya gondok tapi permintaan Ryu yang memintanya berpakaian formal sementara teman-temannya berpakaian seperti biasa yaitu berpakaian tidak formal.

Kotaro yang melihat Keiko celingak-celinguk mencari sesuatu atau seseorang segera menghampirinya. Pertama kali ia pangling melihat Keiko karena penampilannya berbeda tidak seperti biasanya dengan dress warna merah muda lembut selutut yang sederhana namun terkesan elegan dan tidak norak membalut tubuhnya yang mungil, Keiko terlihat seperti pajangan di etalase butik jika ia diam dan mata para lelaki yang ada di ruangan itu tertumpu pada tubuhnya tanpa sepengatahuan yang punya.

Keiko tidak menyadari sosok yang menghampirinya dengan sorot mata terpesona dan tidak lepas darinya. Setelah sosok itu tinggal dua langkah darinya baru ia sadari bahwa orang itu menatapnya tanpa berkedip karena ia sibuk mencari wajah yang memintanya datang di antara teman yang berseliweran dan menatapnya antara bingung, pangling dan ingin tahu. 

“Hai Keiko…” Sapa Kotaro

“Hai…” Sahut Keiko tidak semangat.

“Ada apa…?” Tanya Kotaro mengikuti arah pandangan Keiko. “Kamu sedang mencari siapa…?” Melihat Keiko masih mengedarkan pandangannya tanpa menghiraukannya, Kotaro melanjutkan lagi “Ryu sepertinya terlambat karena dari tadi belum kelihatan..”

“Heeh..” Keiko mendesah jengkel, ia sudah berusaha tampil lain dan menelan gengsinya memakai dress yang seumur-umur baru kali ini dipakainya setelah berumur 8 tahun. Ia merutuki dirinya yang mau saja mengikuti maunya Ryu dan selalu memperhatikan penampilan dirinya di mata Ryu yang biasanya acuh dengan penampilannya. Ibunya pernah bercanda ketika Keiko ketahuan mencoba lipstiknya kalau Keiko sekarang terlihat feminim dan sebagai wanita yang beranjak dewasa sudah seharusnya Keiko merubah penampilannya hingga membuatnya tertunduk malu dan membasuh wajahnya.

“Keiko….Kei…Keiko…” Kotaro melambai-lambaikan tangannya di depan Keiko namun yang di panggil seperti sedang tidak berada disampingnya.

Keiko tersentak dari lamunannya ketika menangkap sosok yang dicarinya masuk ke kantin dan lebih membuatnya sok dengan kehadiran seorang gadis yang menempel disampingnya bergelayutan di lengan kiri Ryu dengan manja.
Kotaro menoleh ke arah pandangan Keiko dan ia bisa mengerti apa yang Keiko rasakan tapi ia bersikap seolah tidak menyadarinya.

Gadis itu cantik dan putih seperti bintang film apalagi dress di atas lutut warna cream yang dipakainya memberi kesan yang tidak pantas gadis itu berada di ruangan sederhana tersebut. Semua mata yang menyadari kehadiran Ryu dengan gadis cantik tersebut berkasak-kusuk ketika mata mereka beralih kedirinya dan ke gadis yang bergelayut di lengan Ryu.

Keiko menyadari arti tatapan teman-temannya tapi berusaha bersikap wajar dan menyapa teman-temannya sesekali mengintip Ryu dari ujung matanya dan dari awal datang Ryu seperti mencari-cari dirinya namun ia berusaha menyembunyikan diri di samping Kotaro yang bertubuh tinggi. 

Kotaro menyadari teman-temannya yang membandingkan antara Keiko dan gadis yang datang dengan Ryu sehingga ia memperhatikan Keiko dengan ujung matanya, apakah gadis itu akan terpengaruh dan langsung pergi dari sana.

Keiko merasa hatinya seperti teriris melihat keakraban gadis itu dengan Ryu dan gayanya yang manja serta sikapnya seperti seorang ke kasih yang penuh perhatian. Keiko tidak nyaman melihat pemandangan tersebut. Matanya serasa perih dan ada sesuatu yang mendesak di pelupuk matanya ingin ke luar, ingin rasanya ia pergi dari sana tapi kakinya seperti terpaku tidak bisa bergerak.

“Keiko…apa kau tidak apa-apa ?”

“Eh…aku…. kenapa…?” Keiko bersikap seolah tidak mengerti arah pembicaraan Kotaro.

“Itu…” Kotaro menunjuk Ryu dengan isyarat mata.

“Oh…aku baik-baik saja, lagi pula aku dan dia kan tidak ada apa-apa.” Selesai berkata begitu Keiko mengatup bibirnya rapat menyadari arti kata-katanya sendiri.

Memang benar diantara mereka tidak pernah ada kata-kata yang menyatakan mereka pacaran tapi sikap dan kebersamaan mereka yang selalu bersama membuat orang berpikiran lain.

Ryu menorobos kerumunan yang menuju di mana Keiko berada, ia kira gadis itu tidak datang karena ia tidak melihatnya dari ketika dirinya memasuki kantin, untuk sesaat kekecewaan memenuhi hatinya apalagi ia datang telat dan gadis disampingnya yang tidak mau melepaskan pegangannya menyulitkannya mencari Keiko. Setelah cukup lama menjelajahi seisi kantin dan mencari-cari akhirnya ia temukan juga gadis itu tertutup oleh tubuh Kotaro, sesaat ia merasa itu bukan dia tapi senyum dan rambut pendeknya yang tergerai itu meyakinkannya.

“Hai Keiko….Kotaro !”

Keiko menoleh ke arah suara bariton yang sudah akrab ditelinganya dan sikapnya yang dingin tadi hilang berganti ceria walaupun terkesan dipaksakan dan itu tidak lepas dari pengamatan Kotaro.

“Hei Ryu…”

“Kei…terima kasih dan Kotaro juga yang telah membantu.” Ujar Ryu menatap Keiko tidak berkedip terlihat jelas ia sangat terpesona dengan tampilan Keiko yang terlihat sangat cantik dimatanya.

Kotaro hanya menganggukkan kepala dan tersenyum sementara Keiko berusaha mempertahankan sikapnya yang ceria.

“Untuk apa ?” Tanya Keiko yang di jawab batinnya “Untuk melihat kau memamerkan pacarmu dihadapanku dan mengatakan aku hanya hiburan bagimu.”

“Untuk datang ke pesta ini dan telah memenuhi…. Ah, Kei …. Kau sungguh sangat cantik... sungguh … aku sangat senang melihatmu begini, bagiku kau sangat…yah, kau tahulah maksudku kan..” Kata Ryu menggoda mengedipkan sebelah matanya membuat pipi Keiko bersemu merah yang berusaha ia sembunyikan dengan pura-pura tidak tertarik dengan kata-kata Ryu apalagi gadis itu selalu berada disampingnya dengan mulut cemberut mendengar kata-kata Ryu dan seringai seakan mengejek kearahnya.

“Tidak perlu berlebihan, nanti bisa-bisa aku terbang..” Sahut keiko seceria mungkin dengan senyum yang dipaksakan padahal hatinya tidak nyaman berada di sana.

Ryu menatap kearlojinya dan menoleh ke gadis disampingnya.

“Suzu, aku harus pergi sebentar, kamu bisa tunggu di sini dengan Keiko dan yang lainnya. Oh ya Kei dan Kotaro...kenalkan ini Suzuka Hamada. Aku harus pergi ada sesuatu yang harus aku selesaikan.”

Ryu langsung menghilang di antara teman-teman yang bergerombol secara berkelompok.
Setelah saling memperkenalkan diri tidak lama kemudian Kotaro juga pamit untuk mengabadikan acara tersebut tinggallah Keiko dan Suzuka berdua. Keiko berusaha terlihat menikmati acara tersebut dan sesekali melirik ke Suzuka yang berdiri disampingnya terlihat bosan.

“Kei … tidak masalahkan kalau aku panggil kamu Kei juga ?” Tanya Suzuka sedikit tidak ramah.

Keiko hanya mengangguk sembari tersenyum kecil walau hatinya meringis dan tidak nyaman.

“Aku tahu banyak tentang kamu karena Ryu tiap hari selalu menceritakan semua hal yang berkaitan dengan dirimu sampai aku bosan mendengarnya karena ia selalu mengulang-ulang cerita yang sama sampai berkali-kali. Apa kalian berteman dekat ?” Ujar Suzuka sebal dan sedikit sinis.

“Kami memang berteman tapi dekat atau tidaknya tergantung orang memandangnya.” Keiko berusaha berdalih.

“Ya..itu memang benar. Ryu sudah banyak berubah dari pertama kali pindah ke mari, aku tidak tahu karena apa yang penting aku tetap mencintainya dan ia pacar yang baik dan pengertian. Tapi sekarang aku tahu kenapa ia berubah, di sini sangat menyenangkan dan teman-temannya juga ramah dan baik...”

Suzuka tetap berceloteh panjang lebar dengan centil tapi Keiko tidak memperhatikannya lagi yang berputar dikepalanya hanya kata “Pacar”, “Ia sudah punya pacar”, “Gadis cantik disampingnya adalah pacar Ryu” Lalu apa maksud Ryu selama ini yang begitu perhatian padanya, “Aaah…Aku memang bodoh terlalu berharap dan menganggap kalau ia suka padaku…bodoh..bodoh…Ia kan tidak pernah menyatakan suka dan cinta padaku…aku yang menganggapnya begitu tapi kenapa ia begitu peduli, perhatian dan baik padaku…aih.aku benci kau Ryu, kau membuat aku terlihat bodoh…” Keiko merutuki dirinya dengan memukul-mukul kepalanya, sementara Suzuka masih asik bercerita dan ia kemudian diam dan memperhatikan Keiko yang memukul-mukul kepalanya.

“Kei…kamu kenapa ? Bosan ya mendengar ceritaku..?”

Keiko tersentak dan langsung menghentikan ulahnya dan menggaruk kepalanya yang tidak gatal dengan salah tingkah.

“Ah..tidak…aku hanya…melupakan sesuatu yang penting…maaf sampai mana tadi ceritamu…?” Keiko merasa bersalah dan semakin tidak nyaman.

“Ah sudahlah tidak perlu dilanjutkan..ngomong-ngomong kamu tahu ini acara apa..?”

“Tidak..aku tidak tahu dan Ryu juga tidak mengatakannya.”

“Oh…jadi ia tidak mengatakan kalau ini pesta ulang tahunnya dan juga sekaligus pesta perpisahan.” Kata Suzuka seolah heran.

“Ulang tahun…perpisahan… apa maksudmu ?” Tanya Keiko bingung.

“Ya ulang tahunnya Ryu sekaligus perpisahannya karena kami akan melanjutkan sekolah ke Amerika. Ryu akan kuliah dan aku melanjutkan sekolah di sana, begitu juga dengan keluarga kami pasti menyenangkan sekali nanti. Kami akan pergi nanti..”

Suzuka begitu bersemangat bercerita dengan mata berbinar-binar tapi Keiko sudah tidak mendengarkan lagi. Perasaan Keiko seperti di remas-remas rasanya mendengar semua informasi dari Suzuka, Ryu telah begitu tega membohonginya selama ini. Tanpa babibu Keiko langsung pergi meninggalkan Suzuka yang sedang berbicara menjadi bengong dan dengan acuh hanya mendengkikkan bahu.

Keiko melangkah tanpa memperhatikan jalan karena pergi dengan terburu-buru ia menabrak Kotaro yang sedang membelakanginya. Kotaro ikut bingung dibuatnya karena Keiko tidak berhenti dan menoleh tapi langsung menuju pintu dan menghilang tanpa menghiraukan panggilannya.
Kotaro menjadi cemas dengan sikap Keiko yang tidak biasa, ia menoleh ke Suzuka yang masih seperti semula tidak ada yang berubah. Kotaro segera menyusul Keiko dengan cepat tanpa mempedulikan teman-temannya yang sudah bergaya siap di potret.

Tidak lama kemudian ia kembali dan mendapati Ryu berdiri di depan pintu dengan gelisah memegang sebuah kotak warna putih dengan pita merah muda ditengahnya.

“Kotaro…apa kamu lihat Keiko..? Kata Suzuka ia pergi ke luar dan aku cari kemana-mana tidak ketemu. Apa kamu tahu di mana dia ?” Tanya Ryu dengan wajah cemas.

Kotaro tidak bereaksi dengan pertanyaan Ryu, perasaannya juga turut sakit jika Keiko menderita dan ia tahu sumber atau biang dari perubahan sikap Keiko adalah lelaki dihadapannya, ingin rasanya ia memberi pelajaran pada lelaki tersebut yang sudah mempermainkan gadis yang dicintainya tapi akal sehat masih memayunginya. Setelah lama terdiam akhirnya ia bicara.

“Keiko sudah pulang..”

“Pulang..? Kenapa ia pulang, acaranya belum mulai..? Apa ia sakit…?” Tanya Kotaro tanpa henti dengan raut bingung dan khawatir.

“Entahlah…ia pergi begitu saja tanpa mengatakan apapun. Aku sempat mengejarnya ke depan tapi ia sudah tidak ada, mungkin...”

Kata-kata Kotaro sudah tidak masuk ke otak Ryu karena segala macam pikiran yang tidak-tidak berkecamuk dikepalanya, rencananya yang sudah disusunnya dengan rapi berantakan dan ia sudah tidak punya waktu lagi untuk mengejar Keiko keapartemennya. Kebahagiaan yang sudah dipelupuk mata sekarang mulai menjauh, ia tidak mengerti kenapa Keiko tiba-tiba pergi tanpa pamit dan setahunya tadi gadis itu baik-baik saja dan masih ceria tapi kenapa tiba-tiba ia pergi. Sekilas tebersit pikiran kalau Keiko cemburu dengan Suzuka tapi pikiran itu dibuangnya jauh-jauh karena Keiko tidak memperlihatkan hal itu tapi mungkin saja ia salah paham dengan kehadiran Suzuka dan dari keterangan Suzuka, Keiko tiba-tiba pergi setalah cukup lama berbincang dengannya. Tanpa menunggu lagi Ryu menghambur ke dalam meninggalkan Kotaro yang bengong ditempatnya.

Niat Ryu untuk mengintrogasi Suzuka tertunda karena temannya yang ditugasi sebagai pembawa acara sudah mulai dan meminta Ryu memberikan sekapur sirih diacaranya.
Acaranya kemudian berlangsung cukup meriah tapi bagai simalakama bagi Ryu dan ia tidak punya kesempatan untuk menanyai Suzuka tapi sebelumnya  ia sudah meminta Kotaro untuk menemuinya sebelum pulang, ia bertekad Keiko harus mengetahui isi hatinya walaupun mereka tidak bisa bertemu untuk waktu yang tidak bisa ditentukan.

Sepanjang acara berlangsung pikiran Ryu tidak berada di ruangan itu, otaknya berpikir keras apa yang akan ia katakan pada Keiko lewat Kotaro dengan waktu yang semakin sedikit. Untuk menulis surat jelas tidak mungkin dengan waktu yang ia punya dan untuk menelponnya setahunya Keiko tidak pernah cerita punya nomor HP dan ia juga tidak berpikir untuk minta nomor telpon apartemennya. Ia menyesali kebodohannya selama ini yang beranggapan perbuatan lebih mengungkapkan perasaannya daripada kata-kata, kekhawatirannya kalau Keiko salah paham dengan kehadiran Suzuka makin membayangi kepalanya.

Kegelisahan Ryu terbaca oleh Kotaro yang memperhatikannya dari ujung matanya di sela kesibukannya mengabadikan suasana.

Apa yang terjadi selanjutnya antara Ryu dan Keiko ? Kemanakah Keiko Pergi dan apakah kesalahpahaman ini akan berkahir bahagia ?

Sabtu, 28 Januari 2012

HAPPILY EVER AFTER ~ Part 2

Beberapa lama Ryu masih berdiri terpaku dengan bola terjepit di pinggang di tahan lengan kirinya dan di telapak lengan kanannya masih memegang leontin, teriakan teman-temannya dihiraukannya, sampai sebuah suara membuyarkan lamunannya “Hey Ryu…” dan ia tersentak dan buru-buru menjejalkan leontin ke saku celana.


“Kamu kan yang …” Kata-kata Keiko terputus melihat Ryu mengangkat tangannya meminta Keiko berhenti bicara.

“Tunggu…! Ulangi apa yang kamu katakan tadi.”

“Kata-kata yang mana..?” Keiko bingung

“Aish…” Nih gadis memang suka mengulangi pertanyaan orang bukannya langsung menjawab sih. Sungut Ryu. “Yaaa….kata-katamu yang tadi, lalu kamu pikir yang mana heh...” Ryu kelihatan sekali kesal

“Oh itu…” Keiko memukul-mukulkan jari telunjuknya ke mulut berusaha mengingat-ingat. “Kamu kan yang..”

“Bukan itu…kata-kata sebelumnya..” Keiko kaget dengan intrupsi Ryu yang menggelegar.

Dengan mata ke atas dan wajah cemberut Keiko menatap Ryu “Hey Ryu…”

“Nah itu…” Ryu memainkan jari telunjuknya ke muka Keiko “…kamu tahu dari mana kalau aku Ryu, kita kan belum kenalan dan aku termasuk orang yang belum lama sekolah di sini…ya kalau menurutmu sebulan itu masih baru.” Ryu berkata dengan lembut dan kelihatan kekanak-kanakan menjelaskan sesuatu yang belum tentu lawan bicaranya ingin mengetahuinya.

“Yaish…kamu itu ya…heh” Keiko mengepalkan jemarinya, emosinya sudah mulai naik apalagi mengingat kejadian di acara tadi. Dengan meneguk air liurnya dan telapak tangan yang masih mengepal Keiko berusaha menahan emosinya yang mencari penyaluran untuk dimuntahkan.

Ryu memandangi Keiko dengan dahi mengernyit melihat tingkah gadis dihadapannya yang berusaha menahan diri dari sesuatu.

“Dengar ya…saya tahu nama kamu dari teman-temanmu..” Keiko mengarahkan pandangan ke teman-teman Ryu di lapangan basket yang nyengir dan melambaikan tangan “…yang memanggil-manggil kamu dari tadi, sementara yang di panggil sepertinya kerasukan roh halus hingga melupakan sekelilingnya.” Keiko mengitari tubuh Ryu sambil memperhatikan dari kepala sampai ke kaki berulang kali membuat Ryu jengah diperhatikan seperti itu.

“Lalu kenapa kalau benar aku kerasukan…heh?” Ryu berusaha bersikap tenang dan menatap dengan sorot mata menantang.

“Ehh…” Keiko jadi bingung dan salah tingkah dengan pertanyaan Ryu dan cara bicaranya yang seakan mereka sudah kenal lama.

“Hmfh….bukan …. urusan saya…” Keiko mengedikkan bahu dengan kepala menggeleng, dia merasa aneh dengan sikapnya sendiri yang tidak sesuai dengan maksudnya kembali menemui siswa yang sudah merusak hari indahnya dan amarahnya yang menguap entah kemana dan tanpa sadar dirinya sudah beberapa langkah meninggalkan Ryu.

Setelah pikiran normalnya kembali, Keiko menghentikan langkah dan berbalik menghadapi Ryu.

Ryu yang sudah bisa menenangkan diri & bersiap menghadapi ledakan gadis didepannya bengong melihat perubahan sikap Keiko yang awalnya bersemangat hendak menjagalnya menjadi gadis yang seakan lupa dengan dirinya sendiri. Ia meraba saku celananya dan mendapati benda tersebut tersimpan rapi di sana tanpa menyadari Keiko berada satu langkah didepannya.

“Ehh…!” Ryu mengurungkan ayunan kakinya yang hampir menubruk Keiko.

“Apa…?!” Ryu kembali di buat bingung oleh gadis dihadapannya yang kembali seperti semula ibarat singa siap menerkam mangsa.

Keiko menyodorkan selebaran dengan tangan kanannya sementara tangan kiri masih memegang kamera. Raut mukanya tidak enak di pandang karena matanya melotot seperti hendak meloncat ke luar dan bibir mengerucut ke depan. 

Ryu hampir saja meledakkan tawa melihat wajah Keiko yang menurutnya lucu tapi cepat ditutupnya mulut dengan satu tangan yang mengepit bola hingga bola terjatuh karena tangan yang lain sedang menerima selebaran. Ryu berusaha menyamarkan tawanya dengan batuk-batuk kecil karena ia tahu Keiko sedang marah dan ia tidak mau menyulut amarah gadis didepannya lebih besar.

Ryu memperhatikan dengan seksama selebaran yang dipegangnya dan setelah dibacanya, ia mengalihkan pandangan dari selebaran ke Keiko.

“Apa maksudnya ini …?”

“Apa kamu tidak bisa membacanya…?” Keiko menatap Ryu dengan sorot mata membara.

“Yaish…kamuuu………hehh?” Ryu menarik nafas panjang dan mengeluarkannya dengan sekali hentakan. Susah sekali bicara dengan gadis ini, jika di tanya malah balik bertanya, dasar keras kepala. “Hei…Kalau aku tidak bisa membaca tentu aku masih di TK bukan di SMA...kamu itu ketua OSIS tapi kenapa otakmu di simpan di dengkul.” Tapi yang ke luar dari mulutnya bukan itu.

“Yaa…jelas saja aku bisa dan aku sudah membacanya…ini selebaran tentang lomba foto antar SMA…lalu apa maksudmu memperlihatkan ini padaku..?” Ryu mengembalikan selebaran itu pada Keiko.

“Untuk menantang kamu.” Kata Keiko singkat tanpa berkedip memandang Ryu.

“Menantang aku…ha..ha..ha.. apa aku tidak salah dengar. Di situ jelas tertulis tiap sekolah hanya boleh mengirimkan satu foto hasil karya muridnya. Aku yakin sekolah sudah menentukan foto hasil karya siapa yang akan di ikut sertakan lomba. Jadi…untuk apa kau menantangku…?” Ryu membuang muka ke samping.

“Tidak….kamu tidak salah dengar dan...kamu juga benar, pihak sekolah sudah menentukan foto yang akan ikut lomba. Tetapi sebagai ketua OSIS, saya bisa merubah keputusan tersebut…lagipula saya tidak mau hasil karya saya yang diragukan oleh orang lain diikut sertakan lomba sebelum saya membuktikan bahwa memang benar hasil karya saya layak untuk dilombakan secara universal.”

Ryu terpana mendengar penuturan Keiko yang berapi-api, dari awal ia memang sudah menduga gadis ini lain dari pada gadis kebanyakan, semangat berusahanya dan tidak cepat puas dengan hasil karyanya sebelum bisa membuktikan bahwa ia layak bangga dengan semua usahanya dan juga sportifitasnya yang tinggi dalam meraih sesuatu, di samping itu ia gadis yang tidak pongah dengan atribut ke pangkatan disekolahnya dan dengan hasil karyanya yang sudah membuatnya populer di lingkungan sekolah.

“Bagaimana…kamu menerima tantangan ini…?” Keiko akhirnya bertanya karena Ryu tidak juga merespon atau menjawab maksudnya, hanya berdiam seperti patung.

“Hey…Ryu..!” Keiko meninju pelan bahu Ryu yang masih mematung. Sebenarnya Keiko segan menyentuh lelaki dihadapannya tapi ia sudah tidak punya banyak waktu lagi menunggu Ryu menapakkan kakinya ke bumi.

“Aaa…apa..?” Ryu tersentak merasakan aliran listrik menjalar di bahu kirinya walau tinju Keiko pelan tapi itu cukup membuat pikirannya terkumpul kembali.

Keiko mengibaskan selebaran di wajah Ryu dengan tatapan penuh harap. Ryu tersenyum menyadari ia belum mengatakan apa pun setelah Keiko menjelaskan kenapa menantangnya.

***********

Hari senin pada minggu berikutnya :

Keiko & Ryu mulai melakukan pertarungannya dengan menjepret sana-sini tapi yang mengherankan mereka selalu berada di tempat yang sama seperti masing-masing bisa membaca pikiran lawannya. Seperti hari itu pada saat istirahat ke dua di ruang olah raga, ketika Keiko mulai membidikkan kameranya tidak lama datang juga Ryu dan mulai memotret dua orang yang sedang bermain tenis meja. Keiko merasa kesal dengan ulah Ryu yang memotret objek yang sama dengannya. Ia mulai bergerak kesama-kemari mengambil gambar dengan angel yang bagus begitu juga dengan Ryu dan hal ini membuat ke dua siswa yang bermain menatap mereka dengan sorot mata tajam karena merasa terganggu.

“Kalian main saja dan anggap tidak ada apa-apa di sekitar kalian.” Kata Ryu menenangkan ke dua siswa tersebut.

“Iya, benar..kami hanya mengambil gambar saja, jadi lanjutkan mainnya.” Keiko menimpali.

Akhirnya ke dua siswa tersebut bermain kembali namun Ryu dan Keiko bersaing makin sengit di mana Ryu selalu memonopoli objeknya sehingga Keiko kesulitan mengambil dalam angel yang bagus. Keiko tidak hilang akal, ia mengeluarkan badge ketua OSISnya dan meletakkan di sudut meja permainan kemudian menjulurkan lidah ke Ryu yang membuat Ryu mendengus kesal karena Keiko menggunakan kekuasaannya untuk menguasai objek untuk dirinya sendiri.

Keiko merasa menang dan memotret dengan wajah cerah tapi ke dua siswa malah meletakkan bed (raket) tenis meja ke meja dan berlalu dengan muka dongkol.

“Hei kalian mau kemana …?” Seru Keiko

Ke dua siswa tersebut berhenti dan menoleh ke belakang dan salah satu siswa berkata “Kami tidak bisa konsentrasi main kalau ada kalian.”

“Hah….” Keiko hanya bisa melongo melihat ke dua siswa tersebut pergi ke luar ruangan sementara Ryu hanya senyum-senyum masam.

“Makanya jangan sok berkuasa.” Kata Ryu dengan senyum mengejek.

“Apa maksud kamu..?” Keiko seakan tidak menyadari perbuatannya.

“Yaah…pura-pura tidak mengerti, kalau kau tidak mengeluarkan ini…” Ryu mengambil badge Keiko dan melemparkannya kembali ke meja dekat keiko berdiri. “…mungkin mereka masih bermain.”

“Kamu yang mulai, enak saja menyalahkan saya, kalau kamu tidak bertingkah seperti tadi mana mungkin saya berbuat seperti itu.” Keiko mengambil badgenya dan menyimpannya.

“Lagi pula kenapa kamu selalu mengambil objek yang sama dengan saya, huh…sungguh menyebalkan.” Keiko memutar tubuhnya dan beranjak pergi dengan raut muka di tekuk.

Ryu hanya senyam-senyum memperhatikan tingkah Keiko yang menurutnya tambah lucu kalau dia marah.

Karena hari itu mereka lebih banyak berselisih akibat mengambil objek yang sama akhirnya tak satupun dari photo-photo tersebut yang bisa mereka ambil untuk di nilai.

******

Besoknya…

Keiko dengan bersenandung kecil melintasi lantai atas gedung sekolah mereka menuju tempat yang senantiasa membuatnya terpesona sembari memegang kamera. Dengan gesit dia meloncat ke ruang sebelah dan begitu Keiko sampai di sana alangkah kagetnya dia mendapati lelaki jangkung tersebut tersenyum padanya bersandar di tembok memandangi keindahan didepannya.

“Ba..gai...mana…bagaimana kamu bisa ada di sini ?” Keiko berusaha menenangkan batinnya, entah kenapa lelaki ini membuatnya selalu merasa salah tingkah dari pertama kali mereka bertemu.

Ryu hanya tersenyum lebar menanggapi pertanyaan Keiko dan senyum itu seakan menusuk jantungnya karena dia baru pertama kali ini melihat Ryu tersenyum seperti itu, senyum yang membuat orang yang melihatnya bahagia. Keiko terpana seakan banyak kupu-kupu dan bunga sakura beterbangan disekitarnya.

“Keiko….Keii.…Keiko.”

Keiko mendengar suara malaikat memanggil namanya dengan merdu dan memperhatikan dirinya dengan seksama dengan raut muka khawatir, tangannya meraba dahi Keiko. Keiko mengerjap-ngerjapkan matanya ketika tangan itu menyentuh kulitnya seakan ada khalilintar yang menyambarnya dan mengalirkan listrik ke seluruh tubuhnya sehingga sarafnya kembali bekerja.

“Haahh…” Desah Keiko pelan sembari memegang dadanya dengan sebelah tangannya yang bebas berusaha menenangkan deburan ombak yang bergemuruh didalamnya karena Ryu berada begitu dekat dengannya. Keiko berusaha mengalihkan perhatian dengan mencengkeram kameranya lebih erat dan menghindari Ryu dengan berjalan menjauh lalu berhenti mengahadap tembok yang setinggi dadanya, matanya memandang kekejauhan didepannya. Suasana di sekitar gedung ramai, karena gedung sekolah itu terletak di tempat strategis yang tidak jauh dari pusat keramaian dan dibelakang sekolah ada sebuah bukit dan hutan kecil yang masih asri dan masih termasuk areal sekolah.

Ryu mengikuti Keiko dengan tanda tanya berkecamuk dikepalanya, ada apa dengan gadis ini ? batinnya. Ryu akhirnya memutuskan menunggu Keiko tenang dan mengambil posisi di samping Keiko, setelah dilihatnya wajah Keiko sudah ceria kembali baru ia bertanya.

“Kamu sudah baikkan ?”

“Ah..aku…?” Keiko bertanya menunjuk kedirinya yang di sambut anggukan kepala oleh Ryu.

“Aku tidak apa-apa.” Keiko tersenyum menoleh sekilas ke Ryu lalu kembali memandang kekekajauhan dan pura-pura sibuk mengatur kameranya.

“Kamu yakin tidak apa-apa..?” Ryu masih berusaha meyakinkan. “Aku khawatir melihatmu tadi karena waktu aku panggil kamu tidak bergeming seperti shock atau …apa …” Ryu tidak melanjutkan kata-katanya karena kejadian barusan tergambar jelas dikepalanya tapi yang aneh kenapa pipi Keiko memerah pikirnya.

Pipi Keiko kembali memerah seperti udang rebus mendengar kata-kata Ryu, berarti yang memanggilnya tadi bukan malaikat melainkan… Oh tidak …!!! Jerit Keiko dalam hati.
Dengan susah payah Keiko menyembunyikan wajahnya dan deburan ombak di dalam dadanya. Kenapa jadi begini.. batinnya. Ia masih berpura-pura asik mencari sudut yang bagus dan tidak memperhatikan pertanyaan Ryu yang bertentangan dengan isi hatinya.

“Keikoo…” Panggil Ryu lembut dan terdengar seperti bisikan tapi Keiko mendengarnya sejernih air sungai yang mengalir tenang di tengah kebisingan bawah gedung.

Keiko melihat sekilas ke arah Ryu tapi walaupun hanya sekilas dan tertutup dengan lengan dan kameranya tapi Ryu sempat melihat pipi Keiko bersemu merah seperti tadi yang membuatnya semakin penasaran.

“Keiii..!” Ulang Ryu agak keras dan ini berhasil mengalihkan perhatian Keiko dari kegiatannya. Ryu tersenyum melihat Keiko menatapnya dan senyum itu seakan tidak mau menghilang terus terukir di wajahnya… Oh Tiiidaaaak, jangan tersenyum seperti itu. rutuk Keiko dalam hati, membuat Keiko semakin serba salah tapi bukan Keiko jika tidak bisa menampilkan wajah dingin dan tenang.

“Bisa tidak anda menghentikan pembicaraan ini, saya sudah katakan SAYA BAIK-BAIK SAJA...” Keiko meninggikan suaranya seakan lagi kesel dan marah dengan bicara formal untuk menutupi kegalauan perasaannya. “Jadi anda tidak perlu lagi mempertanyakan hal yang sudah jelas. Saya ke sini mau mengambil gambar yang bagus bukan untuk mendengar kepedulian anda atau …” Keiko mengangguk-anggukan kepala menatap Ryu dengan sorot mata marah. “… anda sengaja bersikap seperti ini untuk mengecoh saya sehingga saya tidak memperoleh gambar yang bagus.”

Ryu terperanjat mendapat sambutan yang jauh dari menyenangkan dari Keiko, bagaimana gadis ini bisa berubah secepat itu, pikirnya. Ryu tidak ada niat untuk mempermainkan atau apapun, dia tulus peduli dan khawatir tapi Keiko malah beranggapan lain.

“Aish…aku tidak ada maksud…” Ryu menghentikan kalimatnya mendapat tatapan melotot dari Keiko, sepertinya percuma menjelaskannya.

“Ok…terserah apa anggapanmu tapi harus kamu ingat aku tidak seperti itu.” Kata Ryu

Keiko membuang muka dan Ryu membalikkan badannya kesel lalu beranjak ke pojok mengambil tas yang diletakkannya di sana.

Mereka berdua diam cukup lama dan masing-masing sibuk dengan pikirannya sendiri menatap ke langit biru yang cerah.

Wajah ke dua remaja itu tiba-tiba bersinar cerah dan menoleh ke arah lawannya sambil berkata :

“Bagaimana kalau..” secara bersamaan, kemudian keduanya tersenyum.

“Silahkan … lady first.” Ryu mempersilahkan Keiko

“Bagaimana kalau kita berlomba dengan tema yang sama yaitu matahari terbenam … ?” Tanya Keiko

“Apa kamu bisa membaca pikiranku..” Sahut Ryu dengan senyum kecil seakan berbisik.

“Apa…?” Keiko ingin memperjelas.

“Ehm..tidak…Aku juga berpikiran yang sama denganmu tapi di mana..?” Ryu melihat ke bawah dan kesekitarnya.

Keiko hanya tersenyum dan tidak menjawab, ia melirik arlojinya lalu beranjak pergi meninggalkan Ryu sendiri.

Ryu menyadari Keiko sudah tidak ada ditempatnya buru-buru pergi.

(  - ^ -  )

Jumat, 13 Januari 2012

HAPPILY EVER AFTER ~ Part 1


Aku mencintaimu kekasihku, sebelum kita berdekatan, sejak pertama kulihat engkau. Aku tahu ini adalah takdir. Kita akan selalu bersama dan tidak akan ada yang memisahkan kita. (Kahlil Gibran)


Pagi 07.13
Suasana pagi hari itu riuh dengan suara siswa-siswi yang bercerita dan bersenda gurau, ada yang lagi sedih & juga ada yang lagi bahagia menunggu bel tanda masuk berbunyi dengan berdiri di lorong-lorong antara ruang kelas, di halaman, di teras maupun di dalam ruang kelas.
Begitu bel berbunyi, lorong-lorong, halaman dan teras langsung sepi hanya beberapa siswa yang lari terburu-buru menuju ke kelasnya masing-masing.


09.15 bel berdentang menandakan istirahat berbunyi, lorong-lorong yang sepi menjadi ramai lagi dengan siswa-siswi. Beberapa siswa & siswi berjalan menuju sebuah ruangan yang berada di lantai 3 gedung sekolah itu. Ruangan itu hanya berukuran 3x4m2 di dalam ruang itu bergantungan photo-photo yang beraneka ragam, ruangan itu terbagi 2 yang disekat seadanya namun ruang dibagian dalam itu gelap hanya cahaya merah redup yang menerangi, perabot di dalam ruang itu hanya meja sepanjang dinding belakang yang di atasnya terdapat beberapa wadah persegi panjang yang berisi cairan dan dindingnya terdapat photo-photo yang dijepit dengan penjepit di seutas tali yang terbentang sepanjang dinding.
2 orang siswi & seorang siswa itu begitu masuk ke dalam ruangan tersebut langsung sibuk dengan kegiatan masing-masing sampai bel masuk berbunyi.


11.45 seorang siswi keluar kelas dengan terburu-buru diantara siswa-siswi yang bergerombol di pintu kelas. Di belakang siswi tersebut seorang siswa berkacamata dengan tubuhnya yang tinggi dan wajah yang tidak bisa dikatakan jelek memanggil namanya sembari berjalan mengikuti.

”Kei....kei.....keiko !”

Siswi yang bernama Keiko itu pura-pura tidak mendengar dan terus saja berjalan dengan cepat, ia selalu menghindar jika Kotaro mengajaknya makan siang, jalan-jalan berdua atau nonton. Keiko sudah curiga kalau Kotaro akan mengajaknya ke kantin karena tadi tanpa sengaja ia mendengar si Emi mengajak Kotaro tapi Kotaro menolaknya dengan alasan sudah ada janji dengan seseorang dan Keiko tahu pasti kalau seseorang itu adalah dirinya.

Di ujung lorong Keiko berbelok ke kiri bermaksud menuju tangga ~ sekolah itu berbentuk U dan di ujung lorong di antara dua sisi ada tangga ~ tetapi karena tidak memperhatikan jalan ia menabrak sesuatu bukan sesuatu tepatnya seseorang dan tanpa disadarinya ada yang terjatuh. Dengan cepat ia berdiri tanpa melihat siapa yang ditabraknya dan sebelum melangkah ia hanya berucap.. ”Maaf saya sedang terburu-buru”
Kemudian Keiko berlalu menuju tangga dan naik ke atas tanpa menoleh lagi. Orang yang ditabraknya atau menabraknya hanya melongo melihat tingkah Keiko tapi belum sempat ia berucap sepatah katapun Keiko sudah menghilang di anak tangga paling atas.
Ketika melangkah ia melihat sesuatu di sudut anak tangga yang berkilauan terkena cahaya matahari. Dipungutnya benda itu dan ketika diperhatikannya dengan seksama ia tersenyum dengan pancaran mata penuh arti.


Keiko menarik nafas panjang dan berusaha menenangkan dirinya, jantungnya berdetak cepat tapi lama kelamaan detaknya mulai teratur kembali. Setelah tenaganya pulih mata Keiko menyapu atap gedung sekolah, tidak ada siapa-siapa di situ, kadang-kadang ada siswa yang bersembunyi untuk merokok di situ supaya tidak ketahuan guru namun seiring waktu berjalan dengan banyaknya siswa-siswi yang suka bersembunyi di atas gedung maka pihak sekolah melarang siapapun & memberi sanksi bagi yang kedapatan melakukan hal-hal yang di larang pihak sekolah di atas gedung itu. Keiko melangkah mendekati tembok yang tingginya satu meter di samping ruangan yang satu-satunya ada di situ. Ia meletakkan kameranya hati-hati di atas tembok kemudian memanjat tembok tersebut, begitu sudah sampai di tempat yang di tuju ia tersenyum bahagia. Walaupun sinar matahari terasa terik di kulitnya tapi melihat pemandangan berbagai macam bunga dan tumbuhan dalam pot yang berjejer rapi dan terawat yang ada di atas atap itu membuatnya melupakan segalanya.
Setelah puas menikmati keindahannya, Keiko mulai mengabadikannya. Walaupun sudah beberapa kali ia ke sana dan selalu memotretnya, ia merasa tidak pernah puas untuk mengabadikannya.

( - ^ - )

Di laboratorium Photography

Kotaro memperhatikan Keiko dengan ujung matanya, gadis itu masih asik mengutak-atik kamera dan menghubungkannya dengan computer satu-satunya yang ada di ruang itu lalu sibuk mengklik mouse dan menggeser-geser cursor di layar monitor tanpa menyadari sepasang mata memperhatikannya dari dia masuk ke ruangan itu.

Keiko gadis yang manis dan cantik walau tidak secantik bintang film tapi ada sesuatu yang membuat lelaki yang memandangnya ingin memilikinya dengan tubuh yang tidak terlalu tinggi bahkan bisa dikatakan mungil, kulitnya putih mulus dan rambut pendek.

Keiko gadis yang periang tetapi selalu menutup diri dengan lelaki yang berusaha mendekatinya untuk dijdikan pacar, banyak siswa yang mundur jika berhadapan dengan Keiko, walaupun kelihatannya ia orang yang pendiam tapi ia disegani oleh siswa-siswi di SMA itu bukan karena dia ketua OSIS tapi karena memang karakternya yang akan melakukan apapun untuk menegakkan kebenaran sampai tuntas dan apa yang menurutnya benar.  

Kotaro sudah dari pertama kali bertemu dengan Keiko langsung jatuh cinta, ia berusaha dekat dengan Keiko untuk menyatakan perasaannya namun ia tidak punya nyali setelah beberapa lama mengenal Keiko di samping sikap Keiko yang selalu menghindar jika pembicaraan menjurus ke hal pribadi. Sudah 3 tahun mereka berteman dan melakukan ekstrakurikuler yang sama yaitu photography tapi sedikitpun Keiko tidak pernah menampakkan perubahan sikap kepada Kotaro.

Seperti hari ini, Kotaro berencana mengajaknya makan di kantin waktu istirtahat pertama tapi Keiko langsung menghilang entah kemana, dia sudah berusaha tidak terlalu kentara menunjukkan perasaannya yang sebenarnya tetap saja Keiko menghindarinya dan terpaksa dia menerima ajakan Emi yang jelas berusaha menggaetnya.

******

Dua minggu kemudian…

13.30 Pelajaran terakhir sudah selesai dan semua kelas sudah sepi hanya beberapa siswa-siswi yang masih berkeliaran di lorong sekolah menuju ruang serbaguna di mana sudah banyak siswa-siswi yang berada dalam ruang itu dan beberapa guru. Hari ini pembukaan acara dalam rangka ulang tahun sekolah mereka yang tiap tahun diadakan.

Panitia mempersilahkan semua siswa-siswi, guru & tamu untuk menempati tempat duduk karena acara sudah akan dimulai. Semua orang segera bergerak sesuai intruksi dan suasana mulai hening begitu pembawa acara mulai membuka acara.

Setelah semua sambutan dan diselingi acara hiburan yang di isi oleh semua siswa-siswi dengan berbagai macam kegiatan mulai dari tarian, nyanyian dan band serta drama yang disambut meriah oleh penonton, kemudian acara di akhiri dengan pengumuman pemenang photography dengan tema kegiatan sekolah selama setahun terakhir.

Kotaro sebagai ketua panitia lomba photography mengumumkan nama-nama pemenang dan meminta para pemenang naik ke panggung untuk menerima hadiah.

Sementara selama acara Keiko sibuk membidikkan kamera nikonnya untuk mengabadikan momen-momen yang penting, bergerak ke sana ke mari mencari posisi yang bagus sehingga ia tidak begitu memperhatikan langkah dan menyenggol seorang siswa yang duduk di pojok dan menjatuhkan kertas milik siswa tersebut. Keiko berjongkok memungut kertas dan terdiam sejenak memegang kertas berukuran postcard yang terasa aneh menurutnya dan Keiko tersentak ketika mendengar celetukan or tepatnya sindiran “Photo begitu kok bisa menang sih, aku bisa melakukan lebih bagus dari itu” Keiko yang sudah tegak berdiri mendongakkan kepala ke arah panggung yang menampilkan photo pemenang pertama lomba photography dan sontak wajahnya membeku dan kemudian bibirnya mengerucut ke depan dengan wajah masam. Keiko menoleh ke arah suara dan melihat wajah siswa yang tersenyum dan sorot mata menantang. Siswa tersebut membuka sebelah telapak tangannya dan mengarahkan pandangan ke tangan Keiko yang memegang kertas, amarah Keiko sudah membuncah minta dikeluarkan melihat tingkah siswa tersebut, mulutnya sudah terbuka Kamuu….”  Tapi belum sempat kata-katanya keluar semua terdengar panggilan dari Kotaro dan wajah-wajah yang menatapnya dengan pandangan bertanya. Keiko mengalihkan pandangan dari orang-orang yang menatapnya ke siswa disampingnya dan ke Kotaro. Kotaro memberi isyarat untuk secepatnya naik ke panggung karena pemenang yang lain sudah menunggu.

Akhirnya Keiko dengan mendesah berat “Hhhhh…” beranjak ke panggung setelah melihat sekilas ke siswa yang masih nyengir penuh kemenangan yang di balas Keiko dengan senyum mengejek dan mengibaskan kertas yang dipegangnya dan memasukkan ke kantong seragamnya. Siswa tersebut terkejut dengan reaksi Keiko dan hanya bisa tersenyum kecut menatap punggung Keiko yang semakin menjauh.

( - ^ - )

17.00 Acara sudah selesai dari tadi hanya tinggal beberapa siswa-siswi yang masih membenahi peralatan termasuk Keiko. Setelah semua beres, Keiko meminta teman-temannya pulang duluan sementara dia mengantar kunci ruang serbaguna ke penjaga sekolah.

Keiko berjalan menyusuri lorong-lorong sekolah dengan bersenandung sembari memotret jika ada yang dianggapnya menarik, Keiko berhenti melangkah karena ada sebuah bola menggelinding melewatinya. Keiko mengarahkan pandangan ke arah datangnya bola basket tersebut, ada beberapa siswa yang sedang bermain basket masih menggunakan seragam yang kancing kemejanya sudah terbuka sebagian menampakkan setengah bagian tubuh atas mereka yang penuh butiran keringat berkilauan tertimpa sinar matahari sore.

Seorang siswa berjalan kearahnya, Keiko tidak bisa melihat jelas wajah siswa itu karena terhalang cahaya matahari, siswa itu cukup tinggi malah lebih tinggi dari rata-rata siswa. Keiko melindungi pandangannya dengan sebelah tangan & kelopak matanya otomatis mengecil untuk melihat dengan jelas siswa tersebut tetapi usahanya sia-sia namun Keiko seperti tidak asing dengan postur badan siswa tersebut.

“Ada apa ?”

“Apaaa..?!”

“Aish…” Nih gadis kenapa sih di tanya kok balik bertanya

“Ada apa kamu melihatku seperti itu..? Apa kamu berpikir akan menjadikan tubuhku objek mu..?”
Siswa tersebut tersenyum dengan sorot mata jahil melihat ke arah kamera di tangan Keiko dan tubuhnya yang berdiri 2 langkah didepannya.

 “APAAA!!” Keiko menyadari arti pandangan lelaki dihadapannya menjadi kesel.
“Eh, jangan kepedean ya, siapa sudi menjadikan situ sebagai objek…lebih bagus bola yang ada di situ daripada tubuhmu.” Mulut Keiko mengarah ke bola yang sudah berhenti beberapa langkah dibelakangnya dan langsung menjepretnya. Kemudian dia melangkah pergi tapi sebelumnya menoleh ke arah siswa yang ada didepannya memiringkan bibirnya dan mengeluarkan lidahnya.

Siswa tersebut hanya bisa tersenyum kecut dan menggaruk kepalanya yang tidak gatal melihat tingkah gadis yang sudah menjauhinya dan melanjutkan maksudnya semula.

Setelah mengambil bola, siswa tersebut yang tidak lain adalah Ryuzoma, siswa pindahan dari Tokyo yang sudah 1 bulan bersekolah di sana. Ia terpaksa pindah ke SMA Kyoto karean ibunya menikah lagi dengan seorang pria yang punya bisnis di Kyoto setelah 10 tahun ditinggal pergi selamanya oleh ayahnya.
Awalnya ia tidak begitu suka dengan sekolah tersebut dan selalu membanding-bandingkan dengan sekolahnya dulu tapi lambat laun ia mulai bisa menerima kepindahannya dan dua minggu terkahir ini malah bersemangat sekolah dan tidak ingin terlambat pergi sekolah atau ketinggalan setiap acara yang diselenggarakan oleh pihak sekolah. Penyebabnya adalah dua minggu yang lalu ia bertemu dengan siswi yang banyak diceritakan teman-temannya tapi belum pernah bertatap muka langsung hanya pernah melihatnya sekilas dari jauh karena kelas mereka berbeda, namun setelah ia bertemu langsung dengan cara yang tidak di duga, bayangan gadis itu selalu menghiasi malamnya.

Ryu merogoh saku celananya dan mengeluarkan leontin berbentuk hati, dipandanginya leontin tersebut dengan lembut, kepalanya dipenuh dengan kejadian dua minggu lalu.

Beberapa lama Ryu masih berdiri terpaku dengan bola terjepit di pinggang di tahan lengan kirinya dan di telapak lengan kanannya masih memegang leontin, teriakan teman-temannya dihiraukannya, sampai sebuah suara membuyarkan lamunannya “Hey Ryu…” dan ia tersentak dan buru-buru menjejalkan leontin ke saku celana.